Senin, 07 Desember 2009

Sikap Memaafkan dan Manfaatnya bagi Kesehatan


Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:



Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.


Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)



Dalam ayat lain Allah berfirman: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:

... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)
Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang


Juga dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, "...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)

Sebuah tulisan berjudul "Forgiveness" [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.


http://www.harunyahya.com/indo/artikel/094.htm HARUN YAHYA

3 komentar:

  1. posdting yang bagusd sdwekali..
    orang yang selalu memaafkan pasti selalu berpikir positif yaa?..jadi pikiran akan selalu ringan dan tidak terbebani apa2..pikiran yang terbebani akan memberatkan kondisi fisik yang berakibat tidak baik bagi kesehatan fisik...

    orang yang sabar, tulus, ikhlas dan ridho akan lebih sehat drpd org yg tidak sabar dan selalu berpikir negatif...

    Sok tahu yaa, padahal aku tdk termasuk org yg sabar..he..he..hew

    Yang penting mbah google senang ada komentar..he..he...Daaagh Ita..

    BalasHapus
  2. @Herman :.. :n: jjyahh yang penting memaafkan.maaf pangkal kesehatan... :g: dapet salam dari si mbah...katanya.."Okelah Kalo Begitu" :f:

    BalasHapus
  3. Titahe gw tau lu punya banyak salah sama gw.. tapi karena gw besar hati maka gw akhirnya bisa memaafkan lu..

    kalo kata Sherina "Setiap manusia didunia pasti punya kesalahan tapi hanya yang berjiwa satria yang bisa memaafkan...."

    BalasHapus